Toxic Relationship

 


Pengaruh toxic relationship terhadap kesehatan mental remaja

Oleh : Silvia Tri Utami

            Masa remaja adalah masa ketika kemampuan untuk secara efektif memperoleh dan menerapkan pengetahuan mencapai puncaknya. Dan dengan kecerdasan yang baru ditemukan ini, kita dapat menilai masalah manusia yang abstrak, perdebatan tentang kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan keadilan.

            Sebagai makhluk sosial, remaja ingin memenuhi kebutuhannya untuk bersosialisasi dan bersosialisasi dengan orang lain. Hubungan yang terjalin sangat beragam, dari yang paling dekat – keluarga, rekan kerja, pasangan dan pacar. Selain berkomunikasi dengan orang lain, membangun hubungan romantis dengan seseorang adalah suatu keharusan bagi semua manusia. Beberapa orang berpikir bahwa hubungan antara pria dan wanita adalah hubungan yang indah seperti film, dan terlihat romantis tanpa kekerasan.

            Pasti ada pasangan yang tidak merasakan manisnya film. Kekerasan dalam hubungan dapat terjadi, terutama pada masa remaja akhir. Jika tidak dipahami dan ditangani, kekerasan ini mengarah pada tahap perkawinan. Kekerasan dalam hubungan biasanya disebut sebagai "Toxic Relationship”. Toxic relationship merupakan hubungan yang beracun. Sayangnya, sebagian besar korban hubungan semacam itu tidak menyadari bahwa mereka berada dalam hubungan yang tidak sehat. Tentu saja, hubungan semacam itu memengaruhi kesehatan mental mereka yang berada dalam hubungan yang beracun dan tidak sehat.

            Efek hubungan beracun pada pasangan dalam hubungan romantis termasuk penurunan harga diri, peningkatan tanda-tanda depresi, panik berlebihan, kecemasan, reaksi benci, gejala fisik seperti perubahan berat badan, penurunan kesehatan mental, sakit kepala, dan gugup, atau pusing, hubungan beracun; gejala disosiatif seperti syok, penolakan, penarikan, kebingungan, dan mati rasa.

            Ada beberapa langkah yang bisa diterapkan untuk mengatasi efek toxic relationship yang mungkin dialami seseorang. Ini termasuk menyadari perlakuan orang lain, bersedia untuk pindah, mencari bantuan profesional, dan berbicara dengan pasangan tentang perilaku mereka.

Comments

Popular posts from this blog

Mahasiswa BKI dan Dosen IAIN Kudus Laksanakan Trauma Healing di Ds. Ketanjung Kec. Karanganyar Kab. Demak

BKI Berbagi "ABATA TRA" (Ayo Berbagi Takjil & Trauma Healing)

RESUME GUBUK MENTORING