KEKERASAN SEKSUAL
KEKERASAN SEKSUAL
Oleh Taufiqur Rohman
Kekerasan seksual bisa terjadi pada
siapa saja dan kapan saja : Data Komnas Perempuan menunjukkan kekerasan seksual
terjadi pada semua ranah, yaitu: personal, publik, dan negara. Ranah personal
berarti kekerasan seksual dilakukan oleh orang yang memiliki hubungan darah
(ayah, kakak, adik, paman, kakek), kekerabatan, perkawinan (suami), maupun
relasi intin (pacaran) dengan korban. ¾ (70,11%) kekerasan seksual berada pada
ranah personal, atau dilakukan oleh orang yang memiliki hubungan dekat. Ranah
berikutnya adalah ranah publik (22.284 kasus) yang berarti kasus ini melibatkan
korban dan pelaku yang tidak memiliki hubungan kekerabatan, darah, ataupun
perkawinan. Pelaku yang adalah majikan, tetangga, guru, teman sekerja, tokoh
masyarakat, ataupun orang yang tidak dikenal tergolong dalam ranah publik.
Ranah negara adalah jika pada peristiwa kekerasan, aparat negara berada di
lokasi kejadian namun tidak berupaya untuk menghentikan atau membiarkan tindak
kekerasan tersebut berlanjut.
Pada dasarnya, siapa
saja dapat menjadi korban dari kekerasan dan/atau kekerasan seksual. Kekerasan
seksual dapat berdampak buruk dan mempengaruhi kesehatan (fisik maupun psikis)
untuk jangka waktu yang lama. Oleh karena itu penting bagi orang yang lebih
dewasa, terutama keluarga, untuk membantu mencegah terjadinya kekerasan seksual
dan seorang dokter pun dituntut untuk menjadi orang yang selalu siap memberikan
pertolongan, termasuk urusan kekerasan seksual. Alangkah baiknya bila dokter
juga bisa berperan dalam pencegahan terjadinya kekerasan.
Yang pertama yaitu
harus mulai bicara sebelum terjadi sesuatu. Seperti pepatah mengatakan “sedia
payung sebelum hujan” ataupun “lebih baik mencegah daripada mengobati”, maka sebaiknya
mulai menjelaskan pada anak atau orang yang lebih muda terutama anak anak mengenai
bagian khusus dari diri mereka. Jelaskan bahwa ada area tertentu yang tidak
boleh disentuh orang lain, dan mereka boleh saja untuk mengatakan TIDAK ketika
mereka tidak mau disentuh. Serta jelaskan pada mereka bahwa jangan ragu untuk
bercerita ketika ada yang melanggar batasan yang telah dibuat.
Yang kedua komunikasi
terbuka adalah pencegahan paling efektif. Jelaskan pada mereka bahwa tertarik
dan bersedia diajak bicara pada topik apapun di sekitarnya, mulai dari sekolah,
olahraga, teman atau apapun. Perhatikan kejadian sehari-hari di sekitar yang
dapat menjadi pelajaran bagi mereka, bersikaplah sebagai teman tidak sebagai
guru, dalam kondisi santai atau tenang dan dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Kemudian ajarkan mereka bagian-bagian tubuh mereka, terutama bagian tubuh
khusus dan apa dampaknya ketika disentuh.
Yang ketiga menyadari
bahwa kemampuan anak dalam mengembangkan dirinya dan berelasi dapat melindungi
dirinya dari hal buruk di atas. Tingkatkan kepercayaan diri anak sehingga tidak
mudah dipengaruhi orang lain. Berikan kesempatan dalam pelatihan kepemimpinan
atau pengembangan diri agar anak mengenali dirinya dan dapat melawan ketika
dipermalukan atau mengalami kekerasan. Tingkatkan kepekaan anak terhadap apa
yang dipikirkan dan dirasakan orang lain, sehingga bukan hanya menjadi korban
tapi juga tidak menjadi pelaku.
Yang terakhir yaitu
jelaskan pada anak bahwa pelaku kejahatan bisa saja terjadi dari orang sekitar
dan awal kejahatan mungkin saja tidak disadari. Ingatkan anak bahwa kapanpun ia
merasa tidak nyaman ia dapat dan harus berkata tidak. Serta jangan ragu
bercerita apabila terjadi masalah ataupun pertanyaan ke depannya.
"Blog ini ditulis oleh Taufiqur Rohaman yang merupakan mahasiswa prodi bimbingan konseling islam angkatan 2021"
Comments
Post a Comment