PENGARUH BROKEN HOME MENJADI SALAH SATU PENYEBAB GANGGUAN DEPRESI


 

Pengaruh Broken Home Terhadap Gangguan Depresi Pada Remaja

Oleh Seka Ganjar Dian Anggraini

Masa remaja merupakan masa transisi dan  perkembangan antara  masa kanak-kanak dan dewasa. Perkembangan ini tidak hanya mencakup perubahan yang berkaitan dengan perkembangan psikologis, tetapi juga perubahan dalam hubungan dan aspirasi dengan orang tua. Hinton (1989, dalam Susilowati) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan hormonal, perubahan tingkat dan pola hubungan sosial, dan masa remaja cenderung mengenal orang tua secara berbeda.

Masa remaja merupakan masa dimana seseorang dihadapkan pada semua kendala eksternal dan internal, yang  dapat menimbulkan berbagai masalah seperti tawuran, penyalahgunaan zat dan kenakalan remaja. Gangguan mood adalah contoh ekspresi yang ditemukan pada remaja ketika menghadapi berbagai jenis stres, seperti depresi yang disebabkan oleh berbagai faktor.

 Gangguan depresi memiliki efek mendalam pada fungsi dan adaptasi remaja, terutama pada tahap perkembangan. Depresi, jika tidak dicegah atau diatasi, bisa sangat merugikan  remaja. Bunuh diri adalah salah satu konsekuensi paling serius dari depresi remaja. Jika seorang anak dianiaya oleh orang tuanya dan hidup dalam keluarga yang tidak harmonis, maka dapat menimbulkan shock emosional yang dapat menimbulkan reaksi fisiologis dan psikologis yang dapat berujung pada depresi. Apalagi saat ini anak muda sangat membutuhkan bimbingan dari orang tua dan orang-orang tersayang.

Selama masa perkembangan yang sulit dan  membingungkan, remaja membutuhkan perhatian dan bantuan dari orang orang-orang di sekitar mereka, terutama orang tua dan keluarga. Keluarga merupakan tempat tumbuh kembang pertama anak, sejak anak dilahirkan sampai proses perkembangan fisik dan mental selanjutnya. Bagi anak-anak, keluarga memiliki arti dan fungsi penting untuk bertahan hidup dan menemukan makna dan tujuan hidup. Peran keluarga adalah untuk melindungi seluruh keluarga untuk memberikan rasa aman kepada remaja. Namun pada kenyataannya banyak keluarga yang tidak dapat sepenuhnya melindungi dan membesarkan keluarga dan anak-anaknya, karena banyak orang tua yang tidak dapat mencurahkan waktunya secara langsung untuk membesarkan anak-anaknya, yang tidak konsisten dan sering terjadi. mengakibatkan perceraian. Masalah keluarga Broken Home bukanlah isu baru, namun merupakan isu besar dari akar kehidupan  remaja. Perceraian mempengaruhi kesehatan mental anak-anak dari orang tua yang bercerai. Saat pubertas dimulai, anak mulai memahami akibat dari  orang tua yang bercerai atau berkeluarga.

Sekelompok anak yang sudah remaja ketika melihat perceraian  orang tuanya tidak lagi menyalahkan diri sendiri, tetapi  sedikit  takut akan perubahan kondisi keluarga dan takut ditinggalkan oleh salah satu orang tuanya. Suku ketiga Broken Home umumnya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang hancur, yang dapat ditelusuri kembali ke orang tua yang tidak lagi peduli dengan keluarga atau situasi  keluarga mereka. Orang tua tidak lagi memperhatikan anak-anaknya. Baik masalah perkembangan hubungan anak di rumah, sekolah maupun di masyarakat. Broken house juga diartikan mewakili sebuah keluarga. Harmonis, atau keharmonisan dengan konflik yang sering terjadi yang tidak berhasil seperti keluarga kaya dan mengakibatkan pertengkaran dan perceraian. Menurut para ahli, standar untuk keluarga yang tidak sehat adalah :

1.      Keluarga tidak utuh (broken home, separation, divorce).

2.      Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak dirumah.

3.      Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik .

4.      Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi daripada kejiwaan (psikologis).

Pada dasarnya orang tua dan keluarga merupakan panutan dan panutan perkembangan remaja khususnya perkembangan psikologis dan emosional, dan orang tua juga berperan dalam membentuk karakter pertama remaja. Hompson (dalam Wong, dkk, 2009) Studinya menunjukkan bahwa perceraian mempengaruhi anak-anak. Dalam studi jangka panjang, banyak anak mengalami stres terus-menerus dalam keluarga yang bercerai. Dan stres ulang telah terbukti secara psikologis dan sosial stress berkepanjangan dapat menimbulkan depresi.

Kesadaran emosi sangat diperlukan untuk mencegah seorang remaja yang terjebak dalamsuasana hati seperti sedih yang berlebihan akibat memiliki keluarga broken home menurut Segal (2003, cit Haydemans, 2005) kesadaran emosi sangat penting bagi seseorang sebabtanpa kesadaran emosi, tanpa kemampuan untuk mengenal dan menghargai perasaan yangdialami, serta bertindak jujur sesuai dengan perasaan tersebut, indi+idu akan mengalami banyak kesulitan dalam kehidupannya, tidak dapat mengambil keputusan dengan mudah, dansering terombang-ambing oleh berbagai keadaan yang terjadi disekelilingnya. 'angguandepresi yang dialami remaja dengan keluarga broken home dapat diobati dan dipulihkanmelalui konseling atau psikoterapi dan beberapa diantaranya memerlukan tambahan terapi&isik maupun kombinasi keduanya, karena ada beberapa faktor yang saling berinteraksi untuk timbulnya gangguan depresi, penatalaksanaan yang komprehensif sangat diperlukan. Tetapi gangguan depresif memerlukan peran serta individu yang bersangkutan, keluarga maupun praktisi medis dan paramedis yang professional untuk dapat mempercepat proses penyembuhannya. Hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua yaitu, orang tua harusmenciptakan kondisi lingkungan rumah yang baik, memberi contoh yang baik, dan bersikapharmonis di rumah. !ehingga akan membentuk karakter anak yang baik pula.

Comments

Popular posts from this blog

Mahasiswa BKI dan Dosen IAIN Kudus Laksanakan Trauma Healing di Ds. Ketanjung Kec. Karanganyar Kab. Demak

BKI Berbagi "ABATA TRA" (Ayo Berbagi Takjil & Trauma Healing)

RESUME GUBUK MENTORING