PENTINGNYA LEADERSHIP SEJAK DINI DI ERA 'DIGITAL'
Pentingnya Pengajaran Leadership Sejak Dini di era ‘Serba Digital”
Oleh : Firnanda Alisya Putri
Program Studi Bimbingan Konseling Islam IAIN Kudus firnandaalisya20@gmail.com
ABSTRAK : Pendidikan karakter
kepemimpinan tidak banyak diterapkan di Pendidikan anak usia dini. Permasalahan
yang masih terjadi adalah kurangnya pemahaman orang tua akan hakikat Pendidikan
Nasional yaitu menjadikan manusia holistik dan berkarakter. Setiap anak memiliki
jiwa kepemimpinan dalam dirinya, Potensi menjadi pemimpin, bukan selalu karena
faktor keturunan. Atau tumbuh dengan sendirinya. Kepemimpinan atau leadership
juga bisa dilatih dan dibiasakan sedari anak masih dini. Manfaat melatih
leadership pada anak juga bukan semata-mata untuk menjadikannya seorang
pemimpin. Latihan ini menjadi bekal baginya untuk senantiasa menjadi pribadi
yang unggul, bertanggung jawab, bisa berkompetisi, dan mampu mengatasi
masalahnya sendiri. Dalam skala yang lebih besar, latihan ini merupakan
akumulasi guna membentuk karakter yang matang. Untuk itu artikel ini diangkat
guna menumbuhkan kesadaran mengenai betapa perlunya leadership ini diajarkan
kepada anak sejak usia dini, diharapkan dengan adanya artikel ini dapat
membantu untuk mengembangkan potensi sang pemimpin dalam diri masing masing
anak.
PEMBAHASAN
Pada dasarnya
setiap anak memiliki potensi menjadi seorang pemimpin. Maka dari itu,
keterampilan memimpin pada anak harus diterapkan sejak dini sebagai landasan
yang kokoh untuk mewujudkan mimpi serta tujuan hidupnya. Sebuah kutipan yang di
ambil dari buku Leaders of A New Planet yang di tulis oleh Ketut Saguna
Narayana, Rainier "Rene" Turangan, dan Yuri Yogaswara yang merupakan
bagian dari keluarga DayaLima, berbunyi “Untuk menjadi pemimpin di dunia yang
baru, Anda harus mulai dengan diri Anda sendiri sebelum menjadi pemimpin bagi
banyak orang” Buku Leaders of A New Planet. Dunia baru dalam kutipan tersebut
bermakna era yang sedang kita jalani dimana semua hal selalu berbau digital
atau sering disebut digital era, perubahan ini mungkin menjadi sebuah boomerang
bagi tumbuh kembang anak jika orang tua tidak memiliki problem solving
menyikapi dunia baru yang juga dijalani oleh sang anak. Untuk itu anak perlu
diajarkan untuk berdikari,berdiri diatas kakinya sendiri dalam artian ia harus
cerdas dalam membawa dirinya untuk beradaptasi dengan dunia baru, leadership
pada anak harus dikembangkan sebagai bekal untuk perjalanan panjang sang anak
di dunia.
Berbicara mengenai
pentingnya pengajaran leadership, sosok orang tua saya sangat berpengaruh dalam
pengajaran leadership di hidup saya, beliau meskipun hanya rakyat biasa
bukanlah orang besar dikalangan masyarakat tetapi menurut saya mereka merupakan
sosok pemimpin terhebat dalam hidup saya, mereka mengajarkan anak anaknya
menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri sedari saya dan adik saya masih kecil,
hal itu merupakan bekal bagi kita untuk menaungi kehidupan kala beranjak dewasa
karena pada kenyataannya dunia ketika kita beranjak dewasa menjadi kian
mengobrak abrik isi kepala da nyang paling serius adalah pada kesehatan mental
kita sendiri. Kira kira beginilah hal hal yang diajarkan orang tua saya untuk
mengembangkan skill leadership pada individu anak-anaknya. pertama, membiasakan
anak untuk proaktif.
Memiliki
kesempatan menentukan pilihan sehubungan dengan kebutuhan dirinya. Dimulai dari
hal-hal sederhana. Misalnya memilih baju yang akan dikenakan, Sekolah yang
ingin anaknya tuju, menentukan durasi belajar dan sebagainya. Lalu berlanjut
pada minat yang ingin ditekuni, pilihan profesi, serta masih banyak lagi.
Mereka juga senantiasa menghargai ide[1]ide, kritik, dan saran kita
terhadap sesuatu. Sekalipun terkesan remeh dan tak penting bagi orang dewasa.
Rasa percaya diri akan ikut tumbuh pada sang anak, Kedua mengenalkan pada
manajemen waktu. Pembagian rutinitas guna menguatkan kemandirian dan terbiasa
memiliki perencanaan. Mereka selalu mengajarkan untuk memiliki second planning,
second planning sendiri merupakan rencana kedua apabila segala sesuatu berjalan
tak sesuai dugaan kita bisa menganalisis sendiri langkah apa yang kita lakukan
jika kemungkinan terburuk terjadi pada basic planning kita. Ketiga, mengajarkan
etika dalam bersikap kepada orang lain, seperti tidak terjebak dalam
sifat-sifat yang mementingkan egoisme dan arogansi. Juga diajarkan untuk dapat
melihat masalah yang diemban orang lain. Termasuk identitas pribadi yang perlu
dihargai. Dengan demikian, tak susah membuat anak berkolaborasi atau
bersinergi. Tak segan mengulurkan tangan, serta tak ragu memetik pelajaran dari
mereka yang lebih dulu menginspirasi. Kemudian menambahkan kebiasaan untuk
dapat bersosialisasi dengan berbagai kalangan. Dari lingkungan keluarga,
sekolah, wadah aktivitas lain, juga yang bertebaran di dunia maya. Selalu membimbing
agar sosialisasi tidak menghasilkan pergaulan yang salah. Namun dapat
dimanfaatkan sebagai ajang berkegiatan yang positif. Mereka tidak membatasi
anak anaknya untuk bersosialisasi bahkan lebih senang jika anaknya memiliki
banyak teman melalui organisasi dan sibuk dengan kegiatan yang bermanfaat
daripada melihat anaknya scroll tiktok seharian, mereka sangat pengertian serta
memberikan kepercayaan kepada anak untuk menjaga dirinya sendiri di luar sana
ini juga merupakan suatu pengajaran agar anak bisa mengemban amanah yang
diberikan oleh orang tuanya, dengan berada di lingkungan yang baik seperti
banyaknya organisasi yang positif mereka tidak banyak resah mengenai pergaulan
anak mereka, kita sebagai anak juga harus mengerti sebelum bertindak ada nama baik
orangtua yang harus dibanggakan dan dijaga. Yang terakhir kita tidak harus
dituntut untuk mejadi mr and mrs perfect bagi semua orang, mereka tidak
menuntut kita untuk menjadi Cinderella yang baik hati meskipun diperlakukan
tidak adil, Rapunzel yang polos meskipun dimanfaatkan, sesekali kita juga harus
baik dengan diri sendiri jangan pernah jadi orang yang mau diinjak orang lain,
perlu mengutamakan apa yang menjadi impian, ditargetkan, dan yang ingin diraih.
Sebaliknya, abaikan saja faktor-faktor pengganggu yang tidak memberikan
dukungan. Fokus penuh, konsisten, dan tetap bertanggung jawab atas prioritas
kita. itulah beberapa trik menumbuhkan skill leadership dalam diri anak versi
orang tua saya.
Pada era modern
ini, sudah tidak asing ketika melihat banyak sekali anak-anak yang memainkan
gadget baik di dalam rumah atau pun di luar rumah. Kita semua pasti sudah
sering melihatnya, yang dulunya main lompat tali, petak umpet, baku sodor
bersama sekarang lebih seringnya mabar FF bareng, game online yang sedang
booming di kalangan anak saat ini bahkan adik sepupu saya yang masih kelas 4 SD
saja sudah pro player memainkan game ini dibandingkan dengan permainan lama
yang sudah jarang sekali dimainkan. Menurut Piaget anak usia 7- 11 tahun
mengalami tingkat perkembangan operasional konkrit. Tingkat ini merupakan
permulaan berpikir rasional. Ini berarti anak memiliki operasi operasi logis
yang dapat diterapkannya pada masalah masalah yang konkret. Bila menghadapi
suatu pertentangan antara pikiran dan persepsi, anak dalam periode ini memilih
mengambil keputusan logis dan bukan keputusan perseptual seperti anak pra
operasional. Pada zaman digital anak usia Sekolah Dasar sudah bias menggunakan
atau mengoperasikan barang barang teknologi seperti ponsel atau gawai, computer,
video game dan lain sebagainya. Perkembangan zaman yang semakin pesat telah
membawa perubahan yang cukup signifikan terlebih terhadap perkembangan
teknologi. Perkembangan teknologi ini membawa kemajuan informasi dan komunikasi
yang dapat disebut dengan “Era Digital”. Era digital ini tidak dapat dipisahkan
dengan teknologi digital yang turut mendukung pesatnya era digital saat ini.
Era digital saat ini memberikan dampak signifikan terhadap kehidupan
bermasyarakat, termasuk dalam ruang lingkup keluarga. Hal ini membuat orang tua
menjadi garda terdepan dalam memberikan pemahaman terkait dengan pemanfaatan
teknologi di era digital saat ini. Sehingga, orang tua berperan penting agar
anak mendapatkan dampak positif dalam era digital. Orang tua perlu memberikan pemahaman
kepada anak untuk menggunakan perangkat digital secara bijak. Dalam hal ini,
orang tua dapat meminjamkan anak perangkat digital sesuai dengan keperluan agar
mereka bisa belajar mengendalikan diri dan belajar menggunakannya bersama
keluarga. Selain itu, orang tua juga perlu untuk memilih program atau aplikasi
positif dengan cara mengindentifikasi program atau aplikasi yang memiliki
edukasi dan memberikan dampak positif bagi tumbuh kembang anak. Dizaman modern
saat ini memacu para orang tua untuk menghasilkan anak- anak bangsa yang mampu
menempatkan dirinya di tengah deru perubahan yang cepat. Para pendidik memiliki
kewajiaban moril untuk mendorong para peserta didik untuk menjadi orang yang
mampu menggali makna dan ambisi yang bermanfaat bagi orang lain maupun diri
sendiri. Penanaman karakter dapat dilakukan dengan Pembinaan watak (jujur,
cerdas, peduli, tangguh) merupakan tugas utama mendidik anak, Mengubah
kebiasaan buruk tahap demi tahap yang pada akhirnya menjadi baik. Karakter
merupakan sifat yang tertanam didalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang
secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan dan perbuatan.
Penanaman nilai karakter tersebut dapat diimplementasikan dan dijadikan budaya
sekolah dan juga banyak nilai karakter yang harus dibangun disekolah seperti
nilai peduli, kreatif, jujur tanggung jawab, disiplin dan lainnya.
Comments
Post a Comment